-->
http://picasion.com/

TERAPAN BUDAYA DALAM KAJIAN WACANA

Bahasa merupakan media simbolik atau alat komunikasi. Nababan (2004:38) menyampaikan bahwa bahasa berfungsi sebagai sebagai sarana pengembangan kebudayaan, jalur penerus kebudayaan, dan inventarisasi ciri-ciri kebudayaan. Selain itu, bahasa juga memiliki fungsi kemasyarakatan, perorangan, dan pendidikan. Dalam proses komunikatif tersebut tidak lepas dari peran wacana sebagai sebuah keutuhan.

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir nyata disampaikan secara lisan dan tertulis (Tarigan, 1987: 27). Data wacana dapat berbentuk teks, baik teks lisan maupun teks tertulis. Wacana dianggap sebagai rekaman kebahasaan yang utuh tentang suatu peristiwa komunikasi.

Norman Fairclough (2006: 3) menyatakan bahwa wacana tidak hanya pada bertumpu pada aspek tuturan, akan tetapi juga pada bahasa tulis atau teks yang tertulis, yang penekanannya pada interaksi antara pembicara dengan lawan bicara, atau antara penulis dengan pembaca, yang dalam proses produksi dan interpretasi ujaran tersebut berdasarkan konteks situasi (Norman Fairclough, 2006: 3).

Bahasa juga sebagai sarana pengembangan kebudayaan diketahui ketika seseorang
mengenal dan mempelajari kebudayaan melalui bahasa. Secara felogenetik (hubungan jenis) bahasa adalah bagian dari kebudayaan, dengan demikian bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayaan. Kebudayaan bangsa tertentu tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya bahasa. Fungsi ini tampak pada petunjuk untuk mempelajari hasil-hasil budaya seperti teknologi canggih, model pakaian, seni lukis, sastra, tari, tradisi masyarakat, dan sebagainya.

Secara ontogenetic (terjadinya dalam perorangan), seorang mempelajari dan mengetahui kebudayaan juga melalui bahasa. Seseorang tidak akan dapat melakukan sosialisasi dalam kelompok masyarakat tanpa memahami bahasa yang digunakan.

Wujud tradisi budaya itu dapat berupa;
a) tradisi berkesusastraan seperti tradisi menggunakan bahasa rakyat, berpuisi rakyat, berteka-teki, melantunkan nyanyian rakyat;
b) tradisi dipertunjukkan dan dimainkan rakyat seperti kepercayaan rakyat, teater rakyat, permainan rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, ritual, an pesta rakyat;
c) tradisi upacara adat atau ritual seperti upacara yang berkenaan dengan siklus kehidupan (kelahiran, pernikahan, dan kematian) dan upacara berkenaan dengan siklus mata pencaharian (menanam, merawat, dan memanen);
d) tradisi teknologi tradisional seperti arsitektur rakyat, ukiran rakyat, pembuatan pupuk tradisional, kerajinan tangan rakyat, keterampilan jahitan pakaian, keterampilan perhiasan adat, pengolahan bahan makanan dan minuman rakyat, dan peramuan obat-obatan tradisional;
e) tradisi perlambangan atau simbolisme seperti tradisi gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk berkomunikasi rakyat, dan
f) tradisi musik rakyat seperti tradisi mempertunjukkan permainan gendang, seruling, dan alat musik lainnya. Berikut akan diberikan contoh terapan budaya dalam kajian wacana.

Dalam kajianya, wacana mengkaji aspek budaya dan maksud dari suatu teks lisan atau tertulis itu dibuat atau diucapkan. Wacana bisa terbentuk dalam lagu, puisi, pantun, cerita rakyat, dst. Misalnya pada lagu gundul – gundul pacul.

Gundhul gundhul pacul cul (Gundul gundul cangkul)
Gembèlengan (sembrono)
Nyunggi nyunggi wakul kul (Membawa bakul (di atas kepala))
Gembèlengan (sembrono)
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar (Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman)
Wakul ngglimpang segané dadi sak latar (Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman)

Yang setelah dianalisa, lagu tersebut bermaksud menginatkan kepada pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya) tanggung jawab. Namun, orang yang sudah kehilangan empat indera tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan).

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter