-->
http://picasion.com/

Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Karakteristik penting  dari  analisis  wacana  kritis yakni sebagai berikut;
a.       Tindakan 
Karakter penting pertama dalam analisis wacana kritis yaitu wacana dipahami sebagai  tindakan. Dengan pemahaman  ini, wacana disosialisasikan sebagai bentuk interaksi. Wacana tidak didudukkan seperti dalam ruang tertutup dan hanya berlaku secara internal semata. Ketika seseorang berbicara, maka dia menggunakan bahasa untuk tujuan berinteraksi dengan orang lain melalui komunikasi bahasa verbal. Dia berbicara  bisa  jadi  untuk  meminta  atau  memberi  informasi,  melarang  seseorang untuk  tidak  melakukan  sesuatu,  mempengaruhi  orang  lain  agar  mengikuti  jalan pikirannya,  membujuk  seseorang  untuk  menyetujui  dan  melaksanakan  apa  yang menjadi keinginannya, dan sebagainya.
Dalam karakteristik tindakan, analisis wacana kritis memandang bahwa wacana  memiliki  beberapa  konsekuensi.  Konsekuensi  pertama,  wacana dipandang  sebagai  sesuatu  yang  memiliki  tujuan;  apakah  untuk  mempengaruhi orang  lain,  mendebat,  membujuk,  menyanggah,  memotivasi,  bereaksi,  melarang, dan  sebagainya.  Kedua,  wacana  dipahami  sebagai  sesuatu  yang  diekspresikan secara  sadar,  terkontrol,  bukan  sesuatu  yang  diluar  kendali  atau  diekspresikan  di luar kesadaran.
b.      Konteks
Memahami  analisis  wacana  tidak  hanya  memahami  bahasa  sebagai mekanisme  internal  dari  linguistik  semata,  melainkan  juga  hendaknya  melihat unsur di luar bahasa. Guy Cook (dalam Sobur,2009:56) mengatakan bahwa wacana meliputi  teks  dan  konteks.  Teks merupakan  semua  bentuk  bahasa,  bukan  hanya kata-kata  yang  tercetak  di  lembar  kertas,  tetapi  juga  semua  jenis  ekspresi komunikasi,  ucapan,  musik,  gambar,  efek  suara,  citra,  dan  sebagainya.  Konteks merupakan  semua  situasi  dan  hal  yang  berada  di  luar  teks  dan  mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks diproduksi, fungsi  yang  dimaksudkan,  dan  lain  sebagainya. Adapun wacana  disini,  kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks.
Eriyanto (2001:8) melihat bahwa titik perhatian analisis  wacana  ialah  menggambarkan  teks  dan  konteks  secara  bersama-sama dalam  suatu  proses  komunikasi.  Di  sini,  dibutuhkan  tidak  hanya  proses  kognisi dalam  arti  umum,  tetapi  juga  gambaran  spesifik  dari  budaya  yang  dibawa. Lebih  lanjut Eriyanto (2001:8) menyebutkan beberapa konteks yang penting karena  berpengaruh  terhadap  produksi  wacana.  Secara  umum,  konteks  tersebut terbagi menjadi dua. Pertama, jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnik, agama, dalam  banyak  hal  relevan  dalam menggambarkan wacana. Kedua,  setting sosial  tertentu,  seperti  tempat,  waktu,  posisi  pembicara  dan  pendengar  atau lingkungan  fisik  adalah  konteks  yang  berguna  untuk  mengerti  suatu  wacana.
c.       Historis
Analisis  wacana  kritis  tidak  hanya mencari  tahu  kapan  tentang  sesuatu  hal  terjadi,  namun  menggunakannya  untuk mengetahui lebih lanjut tentang mengapa wacana tersebut dibangun. Aspek historis ini menjadi salah satu penuntun untuk menjawab pertanyaan tersebut. Eriyanto (2001:9) menyebut bahwa salah satu aspek yang penting untuk bisa mengerti  suatu  teks  ialah  dengan menempatkan wacana  tersebut  dalam  konteks historis  tertentu.  Eriyanto memberi contoh  melakukan  analisis  wacana  teks selebaran mahasiswa yang menentang Suharto.
d.      Kekuasaan
Menurut  Eriyanto  (2001:9)  setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu  yang  alamiah,  wajar,  dan  netral,  tetapi  merupakan  bentuk  pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat,  misalnya:  kekuasaan  laki-laki  dalam  wacana  mengenai  seksisme, kekuasaan  kaum  kulit  putih  atas  kulit  hitam,  atau  kekuasaan  perusahaan  yang berbentuk  dominasi  pengusaha  kelas  atas  kepada  bawahan,  dan  sebagainya. Dalam hal ini, pemakai bahasa bukan hanya pembicara, penulis, pendengar, atau pembaca, namun ia  juga  bagian  dari  anggota  kategori  sosial  tertentu,  bagian  dari  kelompok profesional, agama, komunitas atau masyarakat tertentu.
e.       Ideologi
Analisis  wacana  kritis  menganlisis  ideologi  yang  tersembunyi  dalam penggunaan bahasa dalam teks lisan dan tulisan. Ideologi  merupakan  kajian  sentral  dalam  analisis  wacana kritis.  Hal  ini menurut  Eriyanto  (2001:13)  karena  teks,  percakapan,  dan  lainnya adalah bentuk dari praktik  ideologi atau pencerminan dari ideologi  tertentu. Wacana  dalam  pendekatan ini dipandang  sebagai  medium  oleh  kelompok  yang  dominan  untuk mempengaruhi  dan mengomunikasikan  kepada  khalayak  kekuasaan  dan  dominasi yang mereka miliki,  sehingga  kekuasaan  dan  dominasi  tersebut  tampak  sah  dan benar.

Van  Dijk  (1991:118)  menyatakan  apabila  kognisi  sosial  dalam  kelompok sosial  kegiatan  sosial  yang  seharusnya  berbeda,  namun  ternyata  memiliki kesamaan, maka hal  itu  sudah ada dalam kerangka  fundamental  yang  sama, yaitu ideologi. Ideologi berbentuk norma dasar, nilai, dan prinsip-prinsip lain digerakkan oleh realisasi minat dan tujuan dari sebuah kelompok, melalui reproduksi dan usaha legitimasi  kekuasaannya. Ada  beberapa  implikasi  yang berkaitan dengan ideologi ; Pertama, ideologi secara inheren bersifat  sosial,  tidak  personal  atau  individual:  ia membutuhkan  share  di antara  anggota  kelompok  organisasi  atau  kolektivitas  dengan  orang  lainnya. Hal yang  di-share-kan  tersebut  bagi  anggota  kelompok  digunakan  untuk membentuk solidaritas  dan  kesatuan  langkah  dalam  bertindak  dan  bersikap.  Kedua,  ideologi meskipun bersifat sosial,  ia digunakan secara  internal di antara anggota kelompok. Oleh karena  itu,  ideologi  tidak hanya menyediakan  fungsi koordinatif dan kohesi tetapi  juga  membentuk  identitas  diri  kelompok,  membedakan  dengan  kelompok lain.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter