-->
http://picasion.com/

Tentang Bahasa Jawa dan Tingkatan Penggunaan Bahasa Jawa (Speech Level Bahasa Jawa)

Sekilas Tentang Bahasa Jawa

Menurut lauder (Lauder dan Lauder dalam Budiwiyanto, 2022), penutur bahasa Jawa mencapai 75.200.000 dan menjadi bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat suku Jawa di bagian tengah dan timur pulau Jawa, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Namun, seiring dengan adanya program transmigrasi dan migrasi penduduk,  bahasa Jawa kini juga digunakan di provinsi lain di Indonesia yang terdapat pemukiman suku Jawa.

Menurut Badan Bahasa (https://petabahasa.kemdikbud.go.id), bahasa Jawa juga di juga digunakan di daerah Lampung, Aceh, Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Jambi, Bali, NTB, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dll. Penyebaran ini berkaitan erat dengan penyebaran penduduk Jawa di berbagai daerah di Indonesia.

Speech Level

Penggunaan bahasa Jawa berkaitan dengan kesantunan yang ditentukan oleh “unggah-ungguhing basa”, unda-usuk, tingkat tutur atau speech level, yang menjadi rujukan dalam berbahasa Jawa. Winda Woro Mahmudah, Kisyani Laksono, Mulyono mengemukakan tiga tingkatan bahasa Jawa bergantung pada fungsinya, yaitu: 

a. Basa ngoko, tingkat ngoko mencerminkan rasa sopan santun yang biasa; 

b. Basa madya, tingkat ini mencerminkan sopan santun sedang; dan 

c. Basa krama, tingkat tutur krama mencerminkan sopan santun tinggi.


Bentuk Unggah-Ungguh Bahasa Jawa Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka (2009: 101-127) unggah-ungguh bahasa Jawa secara emik dapat dibedakan menjadi dua yaitu bentuk ngoko (ragam ngoko) dan krama (ragam krama). 

Kedua bentuk tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Ragam Ngoko

Yang dimaksud dengan ragam ngoko adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon ngoko, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam ngoko adalah leksikon ngoko, bukan leksikon lain. Afiks yang muncul dalam ragam semuanya menggunakan ragam ngoko yaitu afiks di-, -e, dan –ake. ragam ngoko dapat dibedakan menjadi dua yaitu ngoko lugu dan ngoko alus.

1) Ngoko Lugu

Yang dimaksud dengan ngoko lugu adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya berbentuk ngoko atau netral (leksikon ngoko lan netral) tanpa terselip krama, krama inggil, atau krama andhap. Afiks yang digunakan dalam raga mini adalah afiks di-, -e, dan –ake bukan afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Berikut ini disajikan contoh sebagai berikut.

a. Akeh wit aren kang ditegor seperlu dijupuk pathin.

‘banyak pohon enau yang ditebang untuk diambil sarinya’

b. Bengi iku uga Ayunda mlebu rumah sakit diterake bapak lan ibune.

‘malam itu juga Ayunda dibawa ke rumah sakit diantar bapak dan ibunya’

2) Ngoko Alus

Yang dimaksud dengan ngoko alus adalah bentuk unggah-ungguh yang didalamnya bukan hanya terdiri atas leksikon ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri atas leksikon krama inggil, krama andhap, dan krama. Afiks yang dipakai dalam ngoko alus ini yaitu di-, -e, dan –ne. Berikut ini disajikan contoh ngoko alus.

a. Dhuwite mau wis diasta apa durung, Mas?

‘Uangnya tadi sudah dibawa atau belum, Kak?’

b. Sing ireng manis kae garwane Bu Mulyani.

‘Yang hitam manis itu suami Bu Mulyani’


2. Ragam Krama

Yang dimaksud dengan ragam krama adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang berintikan leksikon krama, atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama, bukan leksikon lain. Afiks yang digunakan dalam ragam krama yaituafiks dipun-, -ipun, dan –aken. Ragam krama mempunyai dua bentuk varian yaitu krama lugu dan krama alus.

1) Krama lugu

Ragam krama lugu dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan ngoko alus, ragam krama lugu tetap menunjukkan kadar kehalusannya. Masyarakat awam menyebut ragam ini dengan sebutan krama madya. Ragam krama lugu sering muncul afiks ngoko di-, -e, dan –ake daripada afiks dipun-, -ipun, dan –aken. Selain afiks ngoko, klitik madya mang- juga sering muncul dalam ragam ini. Berikut ini disajikan beberapa contoh krama lugu.

a. Mbak, njenengan wau dipadosi bapak.

‘Mbak, Anda tadi dicari bapak.’

b. Griya tipe 21 niku sitine wiyare pinten meter?

‘Rumah tipe 21 itu luas tanahnya berapa meter?’

2) Krama alus

Yang dimaksud dengan krama alus adalah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang semua kosakatanya terdiri atas leksikon krama dan dapat ditambah dengan leksikon krama inggil atau krama andhap. Meskipun begitu, yang menjadi leksikon inti dalam ragam ini hanyalah leksikon yang berbentuk krama. Leksikon madya dan leksikon ngoko tidak pernah muncul di dalam tingkat tutur ini. Leksikon krama inggil dan andhap selalu digunakan untuk penghormatan terhadap mitra wicara. Dalam tingkat tutur ini afiks dipun-, -ipun, dan –aken cenderung lebih sering muncul daripada afiks di-, -e, dan – ake. Berikut ini akan disajikan beberapa contoh krama alus.

a. Sapunika ngaten kemawon Mbak, Dhik Handoko punika dipunsuwuni

bantuan pinten?

‘Sekarang begini saja Mbak, Dik Handoko dimintai bantuan berapa?

b. Ing wekdal semanten kathah tiyang sami risak watak lan budi

pakartinipun.

‘Saat itu banyak orang yang rusak perangai dan budi pekertinya’


Pembelajaran Bahasa Jawa dalam Kurikulum

Dalam Kurikulum Bahasa Jawa (2004: 1) pelestarian dan pengembangan Bahasa Jawa didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut.

a. bahasa Jawa sebagai alat komunikasi sebagian besar penduduk Jawa,

b. bahasa Jawa memperkokoh jati diri dan kepribadian orang dewasa,

c. bahasa Jawa, termasuk didalamnya sastra dan budaya Jawa,mendukung kekayaan khasanah budaya bangsa,

d. bahasa, Sastra dan budaya Jawa merupakan warisan budaya adiluhung, dan

e. bahasa, Sastra, dan budaya Jawa dikembangkan untuk mendukung life skill.


Referensi

Winda Woro Mahmudah, Kisyani Laksono, Mulyono. (2023). Pemertahanan Bahasa Jawa dalam Ranah Keluarga oleh Transmigran Jawa di Kampung Wadio, Distrik Nabire Barat, Nabire, Papua Tengah. EDUKASIA: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 4, 1 (June, 2023), pp. 617-622. Url

Budiwiyanto, A. (2022). Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam bahasa Indonesia. Diambil dari kemdikbud website: https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/artikel-%09detail/792/kontribusi-%09kosakata-bahasa-daerah-dalam-bahasa-indonesia

WIKA, WIDIASTUTI (2012) KEEFEKTIFAN PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAYING DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA DI KELAS IV SD N TEGAL PANGGUNG. S1 thesis, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA. http://eprints.uny.ac.id/7947/3/bab%202%20-%2008108241118.pdf. Repository UNY eprint UNY

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter